HATI-HATI KELEBIHAN MUATAN SAAT BERBONCENGAN
https://news.okezone.com/read/2015/10/02/15/1225031/perempuan-ini-dihujat-netizen-karena-kendarai-motor-bonceng-enam-orang
Pada zaman ini,
perkembangan teknologi dan informasi berkembang begitu cepat, hal tersebut
tentunya berpengaruh pula pada perkembangan teknologi transportasi. Kini, bahakan
transportasi modern telah dapat digunakan dan dimiliki hampir semua orang.
Salah satunya adalah kendaraan bermotor. Hampir semua orang di Indonesia
memiliki kendaraan bermotor, dan sebagian lagi pernah merasakan menaiki sepeda
motor atau pun membonceng seseorang dengan sepeda motor. Namun apakah semua
orang pengguna kendaraan bermotor telah memahami etika dalam berkendara?
Berkendara
dengan sepeda motor mungkin merupakan hal yang biasa kita dengar, dan bahkan
tidak kita anggap sebagai hal yang penting. Tak jarang seseorang tak mau
mencoba mengerti tentang etika berkendara yang baik. Tak jarang seseorang
mengabaikan keselamatannya karena keacuhannya untuk mengetahui suatu informasi
atau bahkan karena hanya ingin mencari perhatian orang lain dan mencari
popularitas dengan merasa bahwa dirinya telah melakukan suatu hal yang unik.
Kendaraan roda
dua, seperti halnya rodanya, kendaraan ini hanya mampu menerima beban dua
orang. Satu sebagai pengendara dan satunya lagi sebagai orang yang membonceng.
Namun sayangnya masih banyak orang-orang yang mengabaikan etika berkendara ini
dan bahkan tak jarang sering terdengar di telinga kita, berita-berita
kecelakaan karena kelebihan muatan saat berboncengan. Dalam berkendara tentunya
kita perlu menjaga keseimbangan agar kerja motor tetap stagnan dan tidak
membahayakan. Namun sepertinya hal tersebut masih sulit untuk ditangani karena keteledoran tersebut masih banyak dilakukan
oleh orang-orang terutama anak-anak yang baru memasuki masa remaja dan baru
belajar mengendarai motor. Ironisnya lagi, pelangaaran etika bermotor dalam hal
muatan bermotor tersebut juga dilakukan oleh orang dewasa yang sudah
berkeluarga, seperti halnya yang tengah viral beredar di media sosial
akhir-akhir ini mengenai suatu foto pengendara kendaraan bermotor yang
berstatus sebagai suami-istri dengan tiga oarang buah hati mereka dalam satu
motor. Yang sungguh lebih ironis lagi, sang ibu bahkan menggendong anaknya di
belakang bak tas ransel yang menggantung di punggung. Tentunya hal tersebut
merupakan sebuah keteledoran yang dapat membahayakan nyawa pengendara tersebut
beserta keluarga mereka.
Dengan
berboncengan lebih dari dua orang, keseimbangan motor akan terganggu. Motor
akan oleng dan pengendara kehilangan kendali dalam mengendarai sepeda motor,
hal itulah yang akhirnya menyebabkan terjadinya kecelakaan dalam berlalu
lintas. Berboncengan berdua saja sudah sempit apalagi boncengan tiga atau
lebih. Kalau melanggar berarti akan dikenia Pasal 106 ayat 9 dan hukumannya
adalah pidana kurungan 1 (satu) bulan atau denda maksimal Rp 250.000,-. Bahkan
sudah ada undang-undang yang mengatur tentang hal tersebut, tapi kenapa masih
saja aturan tersebut masih saja diabaikan. Begitulah kelemahan kita, merasa
sudah pintar dengan mengabaikan suatu informasi sederhana namun sebenarnya
sangat penting bagi kehidupan kita.
Lantas bagaimana
cara kita menumbuhkan etika yang baik dalam berkendara, terutama saat
berboncengan? Menumbuhkan rasa peduli dan ingin tahu yang tinggi memang bukanlah suatu hal yang mudah,
sosialisasi dari pihak-pihak terkait pun dirasa masih kurang
digembar-gemborkan, satlantas Polri pun selama ini hanya tahu yang namanya
operasi, tanpa tumbuh adanya inisiatif untuk melakukan sosialisasi. Pemerintah
saat ini juga lebih dipusingkan oleh raksasa-raksasa rakus yang membodohi
rakyatnya, dan cenderung mengabaikan keselamatan rakyat yang selama ini
menyokongnya. Mungkin ini memang suatu hal yang terkesan sederhana, kasus biasa
yang sering terjadi, kasus biasa yang lama-kelamaan bila terus dibiarkan akan
menjadi sebuah budaya atau kebiasaan dimana orang-orang mengabaikan
keselamatannya dan pihak lain hanya menyalahkan atau bahkan mencari uang dengan
embel-embel “peringatan”.
Memang, hal
tersebut merupakan kesalahan dari pihak pribadi Si pelaku pelanggaran, namun
tak jarang diantaranya masih minim pengetahuan tentang etika berkendara yang
benar. Untuk itu, kita tetap perlu yang namanya sosialisasi etika berkendar
yang dapat dilakukan seperti dengan membuat iklan, memasang spanduk, melakukan penyuluhan,
dan lain sebagainya. Dengan adanya sosialisasi tentunya orang-orang yang belum
tahu akan memperoleh informasi yang bermanfaat, dan orang-orang yang selama ini
sudah tahu namun kurang peduli, akan tergugah kesadaran dirinya untuk lebih
peduli dengan etika berkendara yang baik demi keselmatannya. Sedangkan untuk
diri tiap individu masing-masing, hendaknya kita mencoba menumbuhkan rasa
kepedulian kita terhadap keselamatan diri kita masing-masing dan bahkan orang
lain, kita dapat menjadikan keluarga sebagai sarana motivasi bagi kita untuk
menjaga keselamatan diri, keluarga, atau pun orang lain. Seperti halnya sebuah
peringatan sederhana yang mengingatkan kita pada keluarga yang menanti kita
dalam keadaan selamat di rumah, peringatan yang dulu sering kita lihat di
tepi-tepi jalan : “Jalan pelan-pelan, Gunakan helm, dan ingat keluarga di
rumah”
Komentar
Posting Komentar