Langsung ke konten utama

. “Om Telolet Om” Kebahagian Sederhana yang Viral di Dunia Maya




“Om Telolet Om” Kebahagian Sederhana yang Viral di Dunia Maya


Sumber            : Tribun Jateng
Hari, tanggal   : Sabtu, 24 Desember 2016
Judul Opini     : Viral Telolet dan AmpuhnyaNetizen Indonesia
Penulis Opini : Firstya Evi Dinastiti (Alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pascasarjana Unnes)

Dalam beberapa hari terakhir ini memang banyak sekali suatu hal yang menjadi viral di dunia maya baik dari luar negeri ataupun dalam negeri kita sendiri. Salah satunya adalah fenomena “Om Telolet  Om” yang berawal dari sebuah kebahagian sederhana yang diciptakan oleh anak-anak kecil dari daerah Jepara. Anak-anak itu menunggu di pinggir jalan dengan menyorakan “Om Telolet Om” pada setiap bus yang lewat dengan harapan dapat mendengar suara klakson dari setiap bus yang melintas, dan setelah suara klakson dibunyikan maka sebuah kebahagian yang sederhana tercipta dari tawa ceria anak-anak tersebut.
Kini kebahagian sederhana yang tercipta tersebut tidak hanya dinikmati dan diciptakan oleh anak-anak saja, namun juga diciptakan oleh semua orang dengan berbagai usia. Tidak hanya di daerah Jepara, namun sudah viral di Indonesia, dan bahkan sudah menjadi trending topic di dunia Internasional. Hal tersebut tentunya berkat peran para netizen Indonesia yang selalu bisa memboomingkan sesuatu melalui media sosial. Jumlah pengguna internet Indonesia yang mencapai 51,8 persen dari seluruh penduduk yang ada di Indonesia tentunya membuat sebuah kabar menjadi cepat meluas di berbagai penjuru malalui media social. Berbagai media mulai dari media social, surat kabar, hingga pemberitaan di televispun beramai-ramai memberitakan “Om Telolet Om”. Dan bahkan banyak opini yang tercipta dari pemberitaan yang sedang viral tersebut.
Salah satu opini yang muncul adalah dari Firstya Evi Dinastiti (Alumnus Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pascasarjana Unnes) yang ia salurkan melalui surat kabar harian Tribun Jateng dan diterbitkan pada hari Sabtu, 24 Desember 2016. Firstya berpendapat bahwa  fenomena “Om Telolet Om” adalah suatu bentuk penyegaran yang menjadi pemersatu bagi perbedaan-perbedaan yang ada di  Indonesia ditengah-tengah panasnya gemelut situasi politik di dalam negeri. Dan ia pun memberikan beberapa pendapatnya mengenai isu-isu tidak masuk akal yang menyangkut-pautkan viralnya “Om Telolet Om” dengan isu penyebaran ungkapan-ungkapan kebencian yang berhubungna dengan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA), hingga beredarnya kasus makar melalui media social yang beberapa pekan lalu sempat menjadi topic hangat di dalam negeri. Ia beranggapan bahwa oknum yang menyangkut-pautkan kedua hal tersebut adalah orang yang sangat tega karena telah mengkorelasikan wajah polos dan ekspresi gembira anak-anak  di pinggir jalan yang bahkan anak-anak tersebut tidak paham maksud dari isu SARA itu sendiri .
Tentunya opini dari Firstya tersebut bisa diterima dengan baik, mengingat apa yang dikatakannya memang ada benarnya. Dengan adanya hal-hal sederhana seperti fenomena “Om Telolet Om”, atau fenomena lain yang sebelumnya pernah viral seperti ”Manaquin Challenge”, dan baru-baru ini mulai viral kembali dari Indonesia “Tahan Tawa Challenge” tentunya bisa menjadi sebuah obat penenang dan penyegar alami bagi setiap orang  yang tengah menghadapi berbagai ketegangan yang tercipta di berbagai bidang. Hal-hal dan kebahagian sederhana yang tercipta tersebut tentunya akan lebih baik dari pada memprovokasi suatu hal yang belum jelas kebenarannya. Tentunya berbagi kebahagian lebih baik dari pada menciptakan pertentangan, menyatukan perbedaan dengan tawa lebih indah dari pada harus menciptakan permusuhan di sana-sini. Dan mungkin kita perlu belajar dari kesederhanaan yang diciptakan oleh anak-anak kecil yang polos dan apa adanya, yang tidak membedakan apa sukumu, apa rasmu, apa agamamu, dan darimana golonganmu. Yang tidak terlalu memikirkan sesuatu terlalu serius, yang tidak memiliki rasa dendam dan ambisi berlebihan, serta yang selalu bisa tertawa bahagia bersama setiap orang yang ada didekatnya.
Selain itu, sebagai seorang pengguna media social kita perlu kritis dan berhati-hati dalam mengutarakan sesuatu, menanggapi sesuatu, dan menyebar luaskan sesuatu melalui jejaring sosial. Ada baiknya jika kita menerapkan budaya literasi dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk dalam menyebar luaskan berita dan berbagi sesuatu melalui media social agar tidak menimbulkan kesalah pahaman dan perpecahan. Usahakanlah membaca sebuah berita hingga akhir, dan memahami makna sebenarnya yang ada di dalam berita tersebut sebelum kita menyebar luaskannya. Kita tidak perlu memprovokasi sebuah kontroversi yang  sedang terjadi, berpendapat memang diperbolehkan, itu adalah hak asasi kita sebagai manusia dan warga negara. Negara kita pun bersifat demokratis, semua kritik dan saran pasti akan ditampung pemerintah kita, namun usahakanlah untuk bersikap netral dan apa adanya dalam menanggapi berbagai isu di dalam ataupun luar negeri, gunakanlah bahasa yang baik dan benar dalam menuliskan sesuatu agar tidak menimbulkan kesalah pahaman makna. Manfaatkanlah media untuk berbagi sesuatu yang bermanfaat dan menghibur, bukan sesuatu yang memecah belahkan persatuan kita sebagai warga Indonesia.
Dan dalam hal ini, fenomena “Om Telolet Om” telah berhasil mengembalikan jiwa Bhineka Tunggal Ika kita dengan melupakan sejenak berbagai isu dan masalah yang sedang terjadi melalui sebuah tawa bahagia dari hal yang sederhanan. Cerminan kebahagian yang berawal dari anak-anak kecil inilah yang patut kita contoh agar kita tidak terlalu tegang menanggapi isu-isu yang beredar luas di masyarakat. Mungkin sedikit aneh dan memalukan untuk melakukan hal yang terlihat konyol bagi orang dewasa, namun terkadang hal-hal seperti itu bisa membuat kita merasa bahagia tanpa kita sadari. :)

Kiranya hanya itu sedikit pesan dan kesan yang dapat saya sampaikan dari salah satu opini yang saya baca dari harian Tribun Jateng melalui tulisan saya. Apabila ada kesalahan dari apa yang saya tulis, saya mohon maaf. Dan tak lupa saya ucapkan terima ksaih bagi kalian yang telah meluangkan waktu untuk membaca tulisan saya. Semoga apa yang saya tulis dapat bermanfaat bagi kita semua, baik bagi diri saya ataupun bagi kalian yang membacanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan

Bagi kalian yang butuh referensi bagaimana menyusun sebuah laporan kegiatan, ini adalah salah satu referensi kedua saya, setelah sebelumnya saya sempat mengunggah contoh laporan kegiatan. Laporan kegiatan yang saya unggah ini berkaitan dengan dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan di Pulau Dewata Bali pada April, 2018. Semoga apa yang saya unggah dapat bermanfaat. LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN BALI, 4 - 8APRIL 2018 KELOMPOK 9 KELAS 4 A WINDA RAHMAWATI        16410012 SOFI LAILATU ROHMAH 16410017 SELMA EKA NOVITA         16410022 YHOGA PRATAMA            16410025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 2018    LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN BALI, 4 - 8APRIL 2018 Disusun dan diajukan oleh KELOMPOK 9 KELAS 4 A WINDA...

Contoh Laporan Kegiatan

     Dalam lingkup sekolah, kuliah, ataupun dunia kerja, apa lagi dalam sebuah instansi tentunya anda pasti akan menemui dan mengikuti berbagai macam acara kegiatan yang bersifat formal. Salah satunya adalah sebuah acara seminar. Dan tak jarang pula anda harus dibebani untuk membuat sebuah laporan kegiatan yang rinci dan benar. Hal tersebut tentunya tak akan mudah bagi anda yang sebelumnya belum pernah membuat sebuah laporan kegiatan, mungkin anda akan merasa bingung dari mana anda harus mulai menyusun laporan anda, sedangkan date line waktu terus saja mengejar anda hingga menuju batas asa anda. Untuk itu pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi kembali dengan anda mengenai bagaimana cara membuat laporan kegiatan beserta contoh yang akan saya berikan sewaktu saya mengikuti sebuah acara bertemakan "Bulan Bahasa".        Biasanya di dalam laporan kegiatan ada beberapa bab yang berisi judul, pembukaan dan penjelasan inti dari acara yan...

KELAHIRAN SASTRA INDONESIA

KELAHIRAN SASTRA INDONESIA Dalam dunia sastra, selama ini kita hanya mengetahui dan menikmati beberapa karya sastra dan satrawan-sastrawan yang popular dan sering kali kita dengar atau kita temukan pada pelajaran bahasa Indonesia di masa-masa berada di bangku sekolah dahulu. Contohnya saja nama-nama sastrawan popular seperti Chairil Anwar, WS. Rendra, Pramodya Ananta Thoer, Sapardi Djoko Damono, dll. Namun pernahkah terpikir di dalam benak kita sebuah pertanyaan mengenai kapan sebuah sastra terlahir? Lebih tepatnya lagi, kapankah kesusasastra Indonesia terlahir? Sebagai seseorang yang tertarik di bidang sastra ataupun sebagai seorang penikmat sastra atau bahkan sebagai seorang yang mendidikasihkan hidupnya di bidang sastra dan pendidikan bahasa dan sastra, hendaknya kita lebih bisa mengkritisi masalah-masalah kecil dan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang bisa saja timbul seperti ini dengan berpikir logis. Untuk itu mari kita cari tahu bagaiman dan kapan sastra Indonesia...