Langsung ke konten utama

Analisis Novel Dilan Dengan Pendekatan Stanton


ANALISIS PROSA DENGAN MENGGUNAKAN UNSUR STANTON 


Mata Kuliah : Prosa
Dosen Pengampu : Agus Wismanto, B.Sc., S.Pd., M.Pd.
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1.            Fahma din Ahmad                  (16410002)
2.            Winda Rahmawati                  (16410012)
3.            Yeni Rosa Damayanti             (16410013)
4.            Izza Fadlilatul M.                    (16410038)
5.            Indri Saraswati                        (16410042)
6.            Auliya Munawaroh                 (16410043)



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PGRI SEMRANG
2017/2018
 
KATA PENGANTAR
           
Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT, disertai puja syukur kami persembahkan kepada-Nya. Shalawat sejahtera bagi nabi besar Muhammad SAW beserta handai tolan, sanak kerabat, sahabat rasul yang mulia, sampai pada kita para pengikutnya. Hingga akhirnya kami dapat menyelesaikan Makalah ini .  Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas individu Semester genap Mata Kuliah PROSA Bahasa Indonesia di Universitas PGRI Semarang.
       Kami menyadari bahwa tanpa bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, kecil kemungkinan Makalah ini tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada  dosen pembimbing BapakAgus Wismanto Semoga Allah SWT akan memberikan balasan yang berlipat ganda.
       Kami menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak  demi penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya. Akhir kata kami harapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Karya sastra adalah karya yang kreatif dan imajinatif, bukan semata-mata imitatif.Kreatif dalam sastra berarti ciptaan, dari tidak ada menjadi ada.Kreatif dalam sastra juga berarti pembaharuan. Jika kesustraan tidak mengandung isi, sering dianggap sebagai karya yang tidak  bernilai. Setiap unsur dalam karya sastra saling berkaitan dan mempunyai hubungan denganunsur lain. Sastra tidak sekadar bahasa yang dituliskan atau diucapkan, sastra tidak sekadar  bermain bahasa. Akan tetapi bahasa yang mengandung makna lebih, sastra mempunyai nilaiyang dapat memperkaya rohani dan mutu kehidupan.Meski keselarasan yang ada dalam karyasastra tidak secara otomatis berhubungan dengan keselarasan yang ada dalam masyarakat tempatsastra itu lahir.
Novel adalah salah satu jenis karya sastra prosa yang memiliki jalinan cerita yang kompleks, kekompleksan dalam novel sering ditunjukkan dengan adanya konflik yang tidak hanya sekalimuncul dalam novel. Kekompleksan tersebut juga sering ditunjukkan dengan adanya keterkaitanstruktur dalam novel itu sendiri.
Cerpen adalah semacam cerita rekaan yang sering kita jumpai pada media cetak dengan uraian cerita yang pendek dan tidak kompleks. Dalam  novel pergolekan jiwa pelaku  mengakibatkan perubahan nasib, tetepi  dalam cerpen pergolekan  tersebut tidak harus mengakibatkan perubahan nasib tokoh pelakunya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana menganalisis cerpen menggunakan metode atau pandangan Stanton?
2. Bagaimana menganalisis novel menggunakan metode Stanton?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis cerpen menurut pandangan Stanton dengan tepat.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan analisis novel menurut pandangan Stanton dengan tepat.
BAB II
  ANALISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANTON

Stanton membedakan unsur pembangun sebuah prosa fiksi ke dalam tiga bagian; Fakta, Tema, san Sarana Cerita.

       I.            ANALISIS CERPEN
A.    IDENTITAS CERPEN
Judul Cerpen  : Tidak Ada Usaha Tanpa Ada Hasil
Penulis             : Izza Fadlilatul M.
Kelas               : 2A
Tahun              : 2017
Tebal               : 2 halaman

B.     CERPEN
Tidak ada usaha tanpa ada hasil

      Ada seorang anak yang tinggal di desa, anak itu bernama Anto. Anto hidup di keluarga yang kurang mampu. Ia sedang duduk di bangku kelas 3 disebuah SMA di desanya. Anto adalah siswa yang cukup pandai di sekolahnya. Dan selalu mendapat rangking 3 besar. Anto merupakan siswa yang baik, mudah bergaul, dan ramah kepada siapapun. Ia mempunyai cita – cita ingin menjadi Guru. Agar dapat memajukan pendidikan di desanya. Setelah lulus dari bangku SMA Anto kebingungan memilih antara meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi atau mau bekerja. Karena orang tuanya tidak memiliki biaya untuk membiayai sekolahnya. Karena ingin menggapai cita – citanya akhirnya Anto memutuskan untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Ia memilih untuk melanjutkan studinya ke Perguruan Tinggi yang ada di Kota. Disaat itu juga Anto bingung untuk memilih Perguruan Tinggi mana yang ia inginkan. Karena di kota banyak Pergurun Tinggi yang baik dan bagus. Akhirnya ia mengikuti seleksi disalah satu Perguruan Tinggi ternama di kota tersebut, ia bersaing dengan ribuan orang dari berbagai wilayah untuk masuk ke Perguruan Tinggi tersebut, dan ia berharap bisa masuk akan tetapi takdir berkata lain ia tidak dinyatakan lolos, Anto pun tidak pantang menyerah dan terus bersemangat untuk mencari Perguruan Tinggi. Ia mencoba mengikuti seleksi lagi di Perguruan Tinggi lain yang ada di kota tersebut. Dengan perasaan yang tegang dan bercampur aduk ia menunggu hasil pengumuman, akhirnya saat - saat yang dinantikan telah tiba. Ia melihat hasil tes seleksi di papan pengumuman dan ia dinyatakan lolos sebagai mahasiswa baru di Perguruan Tinggi tersebut. Dan perasaannya saat itu langsung senang bercampur haru, karena ia dinyatakan lolos. Akan tetapi Anto ragu untuk mengambil haknya masuk ke Perguruan Tinggi tersebut, karena ia tidak memiliki cukup biaya. Tetapi dengan semangat dan dukungan kedua orang tua, Anto memantapkan diri untuk masuk ke Perguan Tinggi tersebut. Dan ia berusaha untuk tidak membebani kedua orang tuanya, Anto pun berpikir untuk kuliah sambil bekerja supaya bisa memenuhi kebutuhannya. Ia pun bekerja diwaktu senggang bila ia tidak ada jam kuliah. Ia bekerja sebagai penjaga warnet disekitar tempat tinggalnya. Anto bekerja keras untuk membiayai hidupnya dan membiayai kuliahnya. Supaya bisa menggapai cita – cita yang selama ini ia inginkan yaitu untuk menjadi guru. Tetapi jalan Anto untuk menggapai cita – cita memang tidaklah mudah, ia harus melewati banyak cobaan. Tetapi Anto berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankannya. Dengan menjadi penjaga warnet Anto berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan cara itu juga Anto bisa membiayai kuliahnya sendiri, dan tidak meminta kepada orang tuanya. Sebagai mahasiswa Anto merupakan mahasiswa yang aktif, dengan mengikuti berbagai kegiatan di kampusnya. Ia juga merupakan mahasiswa yang pandai dengan ipk lebih dari 3.5. Dengan ipk tersebut akhirnya Anto mendapatkan beasiswa dari Perguruan Tinggi tersebut. Selama menjadi mahasiswa Anto tetap berusaha keras agar dapat meraih cita – citanya menjadi seorang gurudapat tercapai. Dengan kegigihannya tersebut ia dapat menyelesaikan kuliahnya dalam kurun waktu 4 tahun. Selama 4 tahun sebagai mahasiswa ia berjuang untuk tidak pantang menyerah dalam hal apapun. Dengan doa dan dukungan kedua orang tuan yang selama ini tiada hentinya akhirnya membuahkan hasil. Dan perjuangan selama 4 tahun tersebut tidak sia – sia, Anto akhirnya di wisuda. Kedua orang tua Anto ikut bangga atas pencapaian yang yang selama ini ia berikan kepada orang tuanya. Kunci dari keberhasilan Anto menjadi seorang sarjana yaitu tidak luput dari kerja kerasnya dan sifat pantang menyerah selama ini dalam hal apapun. Dan sekarang Anto sudah menjadi sarjana, akan tetapi perjuangan Anto belum selesai sampai disini. Anto harus mengejar dan mewujudkan cita – cita yang selama ini ia inginkan yaitu ingin menjadi guru. Dengan gelar sebagai sarjana Anto berusaha mengikuti tes cpns untuk menjadi guru. Akan tetapi perjuangannya untuk menjadi guru tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ia harus berusaha dan bersaing dengan ribuan orang dari berbagai wilayah untuk menjadi guru. Anto tidak pantang menyerah, setiap ada kesempatan ia terus berusaha dengan mengikuti tes berulang kali. Setelah mengikuti tes berulang kali akhirnya Anto dinyatakan lulus. Dan ternyata ia di tempatkan di sebuh sekolah tempat Anto bersekolah semasa SMA dulu.
C.    FAKTA
1.      Alur, rangkaian cerita yang menunjukan hubungan sebab akibat.
Dari bentuknya, cerpen ini menggunakan bentuk alur lurus, karena cerita tersebut tersusun secara runtut mulai awal, tengah, samapai dengan akhir.
Dari segi kuantitasnya, termasuk alur tunggal/rapat, karena cerita pada cerpen tersebut langsung menceritakan bagaimana cara Anton untuk menggapai cita-citanya ( langsung inti cerita).
Unsur Alur:
a.       Konflik merupakan unsur utama dalam alur cerita.
Ia mempunyai cita – cita ingin menjadi Guru. Agar dapa tmemajukan pendidikan di desanya. Setelah lulus dari bangku SMA Anto kebingungan memilih antara meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi atau mau bekerja. Karena orang tuanya tidak memiliki biaya untuk membiayai sekolahnya
b.      Penundaan/ suspens merupakan unsur cerita yang menyebabkan pembaca bertanya-tanya.
Dengan perasaan yang tegang dan bercampur aduk ia menunggu hasil pengumuman, akhirnya saat - saat yang dinantikan telah tiba. Ia melihat hasil tes seleksi di papan pengumuman dan Ia dinyatakan lolos sebagai mahasiswa baru di PerguruanTinggi tersebut. Dan perasaannya saat itu langsung senang bercampu rharu, karena ia dinyatakan lolos.
Akan tetapi Anto ragu untuk mengambil hakny amasuk ke Perguruan Tinggi tersebut, karena ia tidak memiliki cukup biaya.
c.       Pembayangan merupakan unsur yang fungsinya menghubungkan rangkaian peristiwa.
Tetapi dengan semangat dan dukungan kedua orang tua, Anto memantapkan diri untuk masuk ke Perguan Tinggi tersebut. Dan ia berusaha untuk tidak membebani kedua orang tuanya, Anto pun berpikir untuk kuliah sambil bekerja supaya bisa memenuhi kebutuhannya. Ia pun bekerja di waktu senggang bila ia tidak ada jam kuliah. Ia bekerja sebagai penjaga warnet di sekita rtempat tinggalnya. Anto bekerja keras untuk membiayai hidupnya dan membiayai kuliahnya. Supaya bisa menggapai cita – cita yang selama ini ia inginkan yaitu untuk menja di guru.”
2.      Tokoh/ Penokohan
a.       Tokoh utama               : Anto
b.      Tokoh sampingan       : orang tua Anto
Penokohan
Anto: pekerja keras, tekun, sopan, dan tidak pantang menyerah.
Orang tua Anto: pemberi semangat dan penyayang.
3.      Latar
·         Latar sosial :” anak itu bernama Anto. Anto hidup di keluarga yang kurang mampu. Ia sedan gduduk di bangk ukelas 3 di sebuah SMA di desanya.
·         Latar tempat:
1.      “Ada seoranganak yang tinggal di desa,. “
2.       Ia sedang duduk di bangku kelas 3 di sebuah SMA di desanya. Anto adalah siswa yang cukup pandai di sekolahnya.”
3.       Anto pun berpiki runtuk kuliah sambil bekerja supaya bisa memenuhi kebutuhannya. Ia pun bekerja di waktu senggang bila ia tidak ada jam kuliah”.
·         Latar waktu: “Dengan kegigihannya tersebut ia dapat menyelesaikan kuliahnya dalam kurun waktu 4 tahun. Selama 4 tahun sebagai mahasiswa ia berjuang untuk tidak pantang menyerah dalam hal apapun.”.
D.    TEMA
Hal yang menjadi dasar cerita.Tema yang terdapat pada cerpen ini adalah perjuangan.
Tema perjuangan:
Anto bekerja keras untuk membiayai hidupnya dan membiayai kuliahnya. Supaya bisa menggapai cita – cita yang selama ini ia inginkan yaitu untuk menjadi guru. Tetapi jalan Anto untuk menggapai cita – cita memang tidaklah mudah, ia harus melewati banyak cobaan. Tetapi Anto berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankannya. Dengan menjadi penjaga warnet Anto berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya..”
E.     SARANA CERITA
Atau yang sering kita kenal sebagai sarana pengucapan sastra. Sudutpandang yang digunakan dalam cerpen ini adalah pengaran gsebagai sudut pandang pertama karena pengarang serbatahu. Pengarang menceritakan setiap kejadian yang terdapat dalam cerpen ini.
Dari sudut pandang pembaca yaitu Anton adalah anak yang sangat bekerja keras dalam menggapai cita-citanya, tanpa ada kata putus asa.
    II.            ANALISIS NOVEL
A.    IDENTITAS BUKU
Judul Novel   : Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990
Penulis             : Pidi Baiq
Penerbit           : Mizan
Tahun terbi      : 2016
Genre              : Romantis

Tebal               : 348 halaman
  1. SINOPSIS
Cinta, walaupun sudah berlalu sekian lama, tetap saja, saat dikenang begitu manis. Milea, dia kembali ke tahun 1990 untuk menceritakan seorang laki-laki yang pernah menjadi seseorang yang sangat dicintainya, Dilan.
Laki-laki yang mendekatinya (milea) bukan dengan seikat bunga atau kata-kata manis untuk menarik perhatiannya. Namun, melalui ramalan seperti tergambarkan pada penggalan cerita berikut :
“Aku ramal, nanti kita bertemu di kantin.” – Dilan -hlm. 20
Tapi, sayang sekali ramalannya salah. Hari itu, Miela tidak ke kantin karena ia harus membicarakan urusan kelas dengan kawan-kawannya. Sebuah cara sederhana namun bikin senyum dipilih Dilan untuk kembali menarik perhatian dari Milea. Dlian mengirim Piyan untuk menyampaikan suratnya yang isinya :
“Milea, ramalanku, kita akan bertemu di kantin. Ternyata salah. Maaf, tapi ingin meramal lagi : besok kita akan bertemu.”  – Dilan – (Halaman 22)
Tunggu, besok yang dimaksud oleh Dilan itu adalah hari minggu. Ngga mungkin, kan mereka bertemu? Namun, ternyata ramalannya kali ini benar. Dilan datang ke rumah Miela untuk menyampaikan surat undangannya yang isinya :
Bismillahirrahmanirrahim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagiPenyayang. Dengan ini, dengan penuh perasaan, mengundang Milea Adnan untuk sekolah pada : Hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, dan Sabtu.” – Dilan – (Halaman 27).
Hal-hal yang sederhana ini nyatanya dapat membuat Milea tersenyum, dan perlahan mulai menaruh perhatiannya kepada Dilan. Sampai-sampai, sebentar dia lupa, ada Beni yaitu pacarnya yang berada di Jakarta.
Milea tak mau kehilangan Dilan. Baginya, Dilan seperti sesuatu yang selalu dapat membuat hari-harinya penuh warna. Tapi, dia tampak sangat jahat pada Dilan, karena dia mau untuk menerima perhatian dari Dilan, padahal dia sudah ada yang memiliki.
Sampai pada waktu milea memutuskan hubungannya dengan Beni, pacarnya di jakarta. Ia cowok yang sangat emosian dan manja. Karena suatu hal yang ga perlu dijelaskan. Semenjak itu hubugan Dilan dan Milea semakin erat saja
C. FAKTA
1.      Alur, rangkaian cerita yang menunjukan hubungan sebab akibat.
a.       Dari bentuknya, novel ini menggunakan bentuk alur lurus, karena cerita tersebut tersusun secara runtut mulai awal, tengah, samapai dengan akhir.
  • Pengenalan
Untuk pertama kali Milea Adnan Hussain berjalan menuju sekolah barunya dan dihampiri oleh pengendara motor, pengendara motor itupun berbicara “boleh gak aku ramal? Aku ramal, nanti akan bertemu dikantin” dia adalah Dilan, si anggota geng motor bandung tahun 1990 yang satu SMA  dengan Milea. (Halaman 19-20)
  • Timbul masalah
Dilan dan Milea semakin hari semakin terlihat deket, karena kehumorisan Dilan membuat Milea nyaman di dekat Dilan. Namun bukan hanya Dilan yang manaruh hatinya di Milea, ada banyak dan salah satu teman kelas milea, yaitu  Nandan. Dan ternyata status Milea masih berpacaran dengan Beni, pacarnya di Jakarta sebelum pindah ke Bandung.
Ƙ  “Kata Rani, Nandan itu naksir aku, tapi aku Cuma senyum aja mendengarnya, karena mengenai soal itu, aku sudah bisa menduganya sendiri” (Halaman 45)
Ƙ  “Dilan masuk ke kelas, dan duduk di bangku sebelahku….
…….
Dia minta kertas, lalu kukasih. Di kertas itu dia nulis:
Daftar orang-orang yang ingin jadi pacarmu:
1.      Nandan (Kelas 2 Biologi)
2.      Pak Aslan (Guru Olahraga)
3.      Tobari (Kelas 3 Sosial)
4.      Acil (Kelas 2 Fisika)
5.      Dilan (Manusia) “ (Halaman 47)
Ƙ  Kalau benar kabar itu sudah sampai,otomatis dengan itu Dilan akan tahu bahwa ternyata aku sudah punya pacar di Jakarta.” (Halaman 105)
  • Konflik
Semakin hari hubungan Dilan dan Milea nampak semakain dekat, namun di dalam masa pendekatan tersebut Anhar yang selaku teman se-anggota Dilan di geng motor merasa Dilan berubah. Anhar berfikir bahwa Milea yang membuat Dilan jauh dari geng motor tersebut.
Ƙ  “Jangan terlalu dikekanglah!” kata Anhar sambil menghisap rokok (Halaman 321-322)
  • Klimaks
Karna ada sesuatu keganjalan, Milea akhirnya memutuskan untuk mencari Dilan ke warung Bi Eem. Saat berada di warung Bi Eem ternyata tidak ada Dilan, melaikan ada Anhar dan sebagian teman dilan yang bolos sekolah. Anhar yang emosi melihat Milea datang ke warung Bi Eem akhirnya menyindir Milea karena kedekatannya dengan Dilan membuat Dilan merasa jauh dari teman – temannya, dan selalu monomor satukan Milea dibanding teman – temannya. Milea pun tersulut emosi, Anhar pun makin emosi dan akhirnya Anhar  menampar Milea.
Ƙ  “Jangan terlalu dikekanglah!” kata Anhar sambil menghisap rokok (Halaman 322)
Ƙ  Bareng terus, laaaah, sampai memble hehehe,” kata Anhar sambil duduk dan makan kue (Halaman 323)
Ƙ  Sesaat kemudia Anhar menampar pipiku. Sangat keras dan rasanya. Aku berusaha membalas tetapi mengenai bahu Piyan.” (Halaman 325)
  • Peleraian
Dilan pun mengetahui bahwa Milea ditampar oleh sahabatnya . Ia sendiri pun marah besar, Dilan mencari Anhar dan akhirnya terjadi perkelahian. Retaklah  persahabatan dengan Anhar.
Ƙ  “Aku bergegas menerobos kerumunan dan melihat Dilan sedang berantem dengan Anhar.” (Halaman 329)
  • Penyelesaian
Dan setelah kejadian itu akhirnya Milea, Dilan dan Anhar, tidak lagi mempersalahkan apa yang  terjadi di warung Bi eem. Anhar sudah meminta maaf kepada Milea, dan Dilan pun sudah mengahajar Anhar hingga babak belur.. Masalah pacar Milea yang di Jakarta pun sudah berakhir karna sifat pemarah dan overprotectif yang sudah membuat Milea gerah, dan membuat Dilan dan Milea akhirnya kembali bersatu dalam ikatan “pacaran” mereka berdua menikmati masa SMA mereka dengan kekonyolan Dilan yang membuat Milea nyaman berada didekat Dilan.
Ƙ  “Lia maaf,” kata Anhar. Tapi tidak ku jawab.
“Tadi gak sengaja,” kata Anhar lagi, berusaha menjelaskan. “Gak ada maksud menamparmu Lia” (Halaman 327)
Ƙ  “Kita putus!!!” kataku kepadanya dengan nada cukup tinggi. (Milea memutuskan hubungannya Beni. Halaman 97)
Ƙ  “Masih harus aku nyatain kalau kita pacaran?” tanya Dilan sambil meraih tanganku dan memegangnya.” (Halaman 337)
Ƙ  “Terus nelpon Bunda”
“Ngapain?”
“Bilang aku udah resmi pacaran sama kamu, hahaha,” jawabku. “ Udah jadian kan?” (Halaman 341)
Ƙ  Proklamasi Cinta Dilan dan Milea di halaman 342
b.      Dari segi kuantitasnya, termasuk alur tunggal/rapat, karena cerita pada novel tersebut langsung berhubungan dengan inti cerita yang menceritakan bagaimana cara-cara unik Dilan untuk menggapai cinta Milea.
2.      Tokoh dan penokohan:
a.    Tokoh utama               : Mnilea dan Dilan
b.   Tokoh sampingan       : Beni, Nandan, Anhar, Piyan, Wati, Ibu, Bunda (ibu Dilan), Ayah Dilan, Pak Rahmat, Pak Suripto, Bu Rini, Disa,  Kang Adi, Bi Asih, Bi Eem.
·         Penokohan :
1)      Milea  : Cantik, baik hati, sopan dan penyanyang.
Cantik:
Ƙ  “Orang cantik ini dibilang berkumis, cem mana dia itu.” Kata Ibunya Dilan (Memuji Milea, halaman 184)
Baik hati:
Ƙ  “Itu anak-anak pada ngambilin jambu,” kata Wati.
“Hehe, gak apa-apa,” kataku (Milea) . “Kamu mau?”
“Udah.” (Halaman 103)
“Kalau mau lagi, ambil aja.”
Ƙ  “Ini,” aku kasihin handukku. Dia ambil dan diselendangkan di lehernya..” (Halaman 118)
Sopan:
Ƙ  “Bunda ber salaman dengan Ibuku dan Kang Adi. Aku salaman dengannya dan mencium tangannya
Penyayang:
Ƙ   “Di luar kesadaran, entah bagaimana, tanganku bergerak merapikan rambut Dilan dan mengelus kepala bagian belakangnya. Dilan cuma diam.” (Halaman 331)

2)      Dilan  : Percaya diri, pemberani, humoris, romantis, baik hati, cerdas dan pintar, kreatif, dan perhatian
Percaya diri:
Ƙ  “Aku benar-benar tidak berpikir dia akan menyapaku kemudian:
“Selamat pagi,” katanya”
“Kamu Milea ya?”
“Eh, Iya”
“Boleh Aku ramal?”
“Ramal?”
“Iya, Aku ramal kita nanti kita akan bertemu di kantin.” (Halaman 19)

Pemberani:
Ƙ  “Kalau aku gak datang karena takut ayahmu, aku pecundang”
Ƙ  “Tapi Aku yakin, dia pasti akan tetap berani meski siapapun gurunya.” (Halaman 72)
Ƙ  “Pak Suripto menampar Dilan. Dilan balas menampar Pak Suripto”
Ƙ  “Kepala Sekolah nampar dia. Ku bakar sekolah ini! Apa lagi Cuma Anhar.”:

Humoris:
Ƙ  Dilan memberi Milea kado TTS yang sudah terisi semua (Halaman 74)
Ƙ  Saat Dilan sedang berbicara dengan Milea melalui telepon. Dilan bilang dia sembunyi di dalam lemari saat Susi mencarinya.
….
“Aku pengap di lemari.”
“Terus?”
“Ibuku masuk kamar. Tpi gak buka lemari. Lalu pergi.”
“Terus?”
“Aku ingin pipis.”
“Di lemari?”
“Bukan! Sekarang, aku mau pipis.”
…. (Halaman 158-159)
Ƙ  Dilan bilang ke Bundanya kalau Milea itu suka makan lumba-lumba, dan berkumis.” (Halaman 184)
Ƙ  Dilan menyuruh Bi Asih memboncengkan Dilan dengan motornya, lalu Dilan juga menyuruh Bi Asih mendorong motornya, katanya biar Bi Asih capek. (Halaman 122)
Romantis:
Ƙ  “Milea”
Aku diam tidak kutanggapi.
“Kamu Cantik.”
“Makasih.” Kujawab sambil tetap membaca buku
“Tapi aku belum mencintaimu.”
Aku diam
“Enggak tahu kalau sore: (Halaman 35)
Ƙ  “Pemberitahuan: Sejak sore kemaren, aku sudah mencintaimu—Dilan!” (Halaman 39)
Ƙ  Dilan memberi Milea kado TTS yang sudah terisi semua
“SELAMAT ULANG TAHUN, MILEA. INI HADIAH UNTUKMU, CUMA TTS. TAPI SUDAH KUISI SEMUA. AKU SAYANG KAMU, AKU TIDAK MAU KAMU PUSING KARENA HARUS MENGISINYA—DILAN!” (Halaman 74-75)
Baik Hati:
Ƙ  Bi Asih diantarkan Dilan dan diajak ngopi Dilan di tempat tongkrongnya. (Halaman 112)
Ƙ  Dilan mentraktir seseorang yang berbelanja kerupuk dan bala-bala di warung Bi Een (Halaman 338)
Cerdas:
Ƙ  Dilan mewakili sekolahnya lomba cerdas cermat (Halaman 83)
Ƙ  “Meski keduanya anak berandal, tapi Dilan pintar dan selalu mendapat rangking pertama di kelasnya.” (Halaman 87)
Ƙ  Dilan punya banyak sekali buku di kamarnya (Halaman 275)
Kreatif:
Ƙ  Dilan bisa bikin komik, dan komiknya tercetak di kolom humor koran Pikiran Rakyat (Halaman 139)
Ƙ  Dilan jago bikin puisi, dia punya banyak kumpulan puisi ciptaannya sendiri. Salah satunya untuk Milea (Halaman 315-316)
Perhatian:
Ƙ  “Aku Cuma nganter, takut ada yang mengganggumu. (Halaman 37)
Ƙ  Kecemasan Dilan pada Milea. (Halaman 163)
3)      Beni  : perhatian, pencemburu dan over protect, pemarah dan kasar.
Perhatian:
Ƙ  Beni sengaja datang dari Jakarta ke Bandung pukul 11 malam untuk member kejutan ulang tahun kepada Milea, Beni juga membawa kue dan bunga. (Halaman 69)
Pencemburu dan Over Protect, serta pemarah:
Ƙ  Saat Beni cemburu melihat Milea sedang duduk berdua dengan Nandan (Halaman 95-97)
Kasar:
Ƙ  Saat Beni cemburu dengan kehadiran Nandan, Ia menyuruh Nandan pergi dan memaki-maki Milea dengan kata-kata kasar, yaitu menyebut Milea sebagai Pelacur. (Halaman 97)
Ƙ  Saat Beni mengatai Milea “Setan” lewat telepon. (Halaman 141)

4)      Nandan  : Baik hati dan perhatian:
Ƙ  Nandan member Milea hadian ulang tahun boneka beruang yang cukup besar.(Halaman 68)
Ƙ  Nandan sering mentraktir dan menelepon Milea (Halaman 45)
5)      Anhar  : Kurang ajar dan troublemaker, mudah marah
Ƙ  “…, pernah malakin anak kelas 1”
Ƙ  “Pernah ditahan polisi karena melakukan tindakan kriminal, merampas barangorang dengan tindak kekerasan di jalan raya. Melakukan kasus kejahatan dan meresahkan masyarakat.” (Halaman 88)
6)      Piyan : Mudah bergaul, ramah dan setia kawan
Ƙ  “Gampang sekali bisa langsung akrab dengan Piyan. Dia memang ramah dan tipe orang yang mudah bergaul dengan siapapun,…” (Halaman 77)
7)      Wati : Baik dan sopan
Ƙ  Bentuk kepedulian wati menanyai ada masalah apa kepada Milea saat berada di dalam bus. (Halaman 99)
Ƙ  “Tak lama kemudian, Ibu Dilan keluar, Wati menyambutnya untuk kemudian mencium tangannya..” (Halaman 181)

8)       Ibu : Pecinta seni dan terbuka
Ƙ  “Ia menyambut anak-anaknya dengan pengalaman seninya.” (Halaman 14)
9)      Bunda  : Penyayang, baik hati dan humoris
Ƙ  “Bunda nanya ketika aku berdiri di dekatnya:
“Boleh Bunda menciummu?”” (Halaman 195)
Ƙ  Saat Bunda mengantar Milea pulang kerumah dan mentraktir Milea dan Wati makan di tengah perjalanan pulang (Halaman 183—188)
Ƙ  Saat Bunda bercerita tentang bagaimana Dilan menceritakan Milea kepadanya, dan bagaimana Dilan memanngilnya Bundahara. (Halaman 184 dan 186)
10)  Ayah Dilan : Galak
Ƙ  “Padahal kamu tahu gak? Ayahnya itu galak,” kata Wati. “Ayahnya tentara.” (Halaman 65)
11)  Bu Sri (Guru Pelajaran Pendidikan Moral Pancasila) : disiplin
Ƙ  “Bu, boleh ikut pelajaran Ibu?”
“Heh? Kamu kan punya kelas sendiri,” jawab Ibu Sri. “Ayo, pada masuk sudah bel.” (Halaman 61)

12)  Pak Rahmat : Baik
Ƙ  “Untunglah waktu itu gurunya Pak Rahmat, dan Dilan juga kayaknya tahu Pak Rahmat itu baik” (Halaman 72)
13)  Pak Suripto (Guru BP) : Kasar dan semena-mena
Ƙ  Saat Pak Suripto menarik kerah baju Dilan dari belakang dan menamparnya. (Halaman173-174)
Ƙ  “Guru itu digugu dan ditiru, kalau dia mengajariku menampar, aku juga akan menampar.” (Halaman 179)
Ƙ  Pak Suripto pernah memaki Dilan dengan menyebutnya sebagai PKI dan adanya aduan seorang siswi perempuan yang pernah dilecehkan Pak Suripto (Halaman 179)
14)  Bu Rini : Terbuka dan baik
Ƙ  “Dia itu bukan Cuma guru, aku merasa dia itu kawanku” (Halaman 175)
Ƙ  “Dia baik, jadi aku takut menyakitinya” (176)
15)  Disa : Humoris
Ƙ  “Tahu gak nama panjangku? Disa nanya ke aku.
“Apa nama panjangnya?” kutanya
“Disaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!” (Halaman 246)
16)  Bi Asih : polos
Ƙ  “… Akuketawa melihat muka Bi Asih yang nampak polos ketika mengatakannya.” (Halaman 119)
17)  Kang Adi : Sok pintar, licik dan munafik
Sok pintar:
Ƙ  “Kawan itu yang bisa ngebimbing. Yang bisa ngajarin ilmu. Saling ngingetin. Terus yang bisa melindungi”(Halaman 170)
Ƙ  Ajakan Kang Adi belajar di hari minggu dan menceramahi Milea untuk melakukan hal yang bermanfaat. (Halaman 171)
Licik dan Munafik :
Ƙ  “Ayah tidak tahu bahwa Kang Adi punya tujuan lain di balik kegiatan membimbingku selama ini, yaitu melakukan pendekatan kepadaku, tetapi hal itu tidak bisa kukatakan ke Ayah, sehingga yang Ayah tahu bahwa kang Aadi betul-betul murni membimbingku.” (Halaman 303)
Ƙ  Tujuan Kang Adi mengajak Milea ke kampus bukan untuk menunjukkan dunia kampus, melainkan untuk menunjukkan seolah-olah Kang Adi punya pacar. (Halaman 303)
18)  Bi Eem  : Ramah, baik hati
Ƙ  “Kenapa, Dilan?” tanya Bi Eem mendekat dan duduk di sebelah kanan Dilan.”
“Anak muda, Bi Eem,” jawab Dilan
“Lukanya kasih obat merah dulu atuh…”kata Bi Eem
….
“Gak ada Neng,” katanya “Biar Bi Eem beli dulu atuh, ya?” (Halaman 334)
3.      Latar  :
a.       Sosial : Milea dan Dilan lahir dalam sebuah keluarga tentara yang berkecukupan
b.      Tempat : Rumah Nenek (rumah Milea), di Bandung, sekolah, warung Bi Eem, di jalan buah batu, rumah Bunda dan Jakarta 
Ƙ  Rumah Nenek
Saat keluarga Milea pindah ke Bandung dan menempati rumah nenek Milea. (Halaman 16)
Ƙ  Saat Dilan datang ke rumah Milea (Halaman 25dan 50)
Ƙ  Saat kawan-kawan Milea menjenguknya ketika ia sedang sakit (Halaman 102)
Ƙ  Di Bandung
“Pagi itu di Bandung, pada bulan September yahun 1990, setelah turun dari angkot, aku berjalan bersama yang lain.” (Halaman 19)
Ƙ  Di Sekolah
“Di tengah-tengah barisan siswa yang ikut upacar. Aku berharap tidak ada satupun orang yang tahu bahwa diam-diam mataku mencari dirinya” (Halaman 30)
“Nandan ngasih kado itu di kelas, yaitu pada waktu istirahat” (Halaman 68)
“Di kantin, waktu istirahat, aku duduk satu meja dengan Nandan, Dito, Jenar, dan Rani.” (Halaman 41)
Ƙ  Di warung Bi Eem
“Di warung Bi Eem ada Anhar yang sedang ngobrol serius dengan Piyan…” (Halaman 149)
Ƙ  Di Jalan Buah Batu
“Aku pergi dengan Dilan menyusuri jalan Buah Batu yang sepi, …” (Halaman 252)
Ƙ  Di Jakarta
“Aku ikut dan senang karena bisa ke Jakarta, untuk sekalian nostalgia. Tapi aku kecewa, karena Dilan tidak ikut.” (Halaman 93)
c.       Waktu : Tahun 1990
“Pagi itu di Bandung, pada bulan September yahun 1990, setelah turun dari angkot, aku berjalan bersama yang lain.” (Halaman 19)
D.    TEMA
Tema  : Hal yang menjadi dasar cerita.Tema yang terdapat pada cerpen ini adalah pencintaan dan persahabatan.
Dilan pun mengetahui bahwa Milea ditampar oleh sahabatnya . Ia sendiri pun marah besar, Dilan mencari Anhar dan akhirnya terjadi perkelahian. Retaklah  persahabatan dengan Anhar. Dan Dilan lebih membela dan melindungi Milea yang kemudian menjadi pacarnya.
“Aku bergegas menerobos kerumunan dan melihat Dilan sedang berantem dengan Anhar.” (Halaman 329)
“Masih harus aku nyatain kalau kita pacaran?” tanya Dilan sambil meraih tanganku dan memegangnya.” (Halaman 337)
E.     SARANA CERITA
Atau yang sering kita kenal sebagai sarana pengucapan sastra. Sudut pandang yang digunakan dalam cerpen ini adalah pengaran gsebagai sudut pandang orang pertama pelaku utama karena pengarang memposisikan dirinya sebagai Aku (Milea).
Dari sudut pandang pembaca Dilan adalah adalah sosok cowok remaja kelas dua SMA yang memiliki karakter diri yang otentik. Kita akan menemukan sososk Ali Topan saat mengetahui Dilan adalah anggota geng motor, menjadi salah satu “jagoan” sekolah tapi otaknya cerdas.
Ia selalu juara satu dalam kelasnya, bandel namun cerdas, memiliki jiwa revolusioner. Tapi kita juga akan menemukan Lupus dalam Dilan, dia orang yang humoris, seneng iseng dan asiknya nyleneh
Dilan adalah penikmat karya-karya sastra. Ia orang yang unik, ia memiliki gaya romantisnya tersendiri.

BAB III
PENUTUP
I.             KESIMPULAN
Stanton membedakan unsur pembangun sebuah prosa fiksi ke dalam tiga bagian yaitu: FAKTA, TEMA, dan SARANA CERITA. Dan dalam menganalisis sebuah karya fiksi prosa (cerpen dan novel), kita memerlukan pemahaman untuk mendalami cerita yang kita baca. Dalam analisis dengan menggunakan unsure Stanton, kita perlu mencari unsure-unsur objektif dalam teks bacaan dan menemukan unsure-unsur yang diterapkan Stanton. Dalam tiga unsur itu, fakta mencakup alur/plot, tokoh/penokohan, dan juga latar. Sedangkan untuk tema cerita mencakup inti dasar dari cerita tersebut, dan untuk sarana cerita adalah sudut pandang yang disampaikan pengarang dan juga diterima oleh pembaca.
II.                 DAFTAR PUSTAKA
M., Izza Fadlilatul.2017. Tak ada Usaha Tanpa Ada Hasil.Semarang
Baiq,Pidi.2016.Dilan adalah Dia Dilanku Tahun 1990.Bandung:Pastel Books

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan

Bagi kalian yang butuh referensi bagaimana menyusun sebuah laporan kegiatan, ini adalah salah satu referensi kedua saya, setelah sebelumnya saya sempat mengunggah contoh laporan kegiatan. Laporan kegiatan yang saya unggah ini berkaitan dengan dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan di Pulau Dewata Bali pada April, 2018. Semoga apa yang saya unggah dapat bermanfaat. LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN BALI, 4 - 8APRIL 2018 KELOMPOK 9 KELAS 4 A WINDA RAHMAWATI        16410012 SOFI LAILATU ROHMAH 16410017 SELMA EKA NOVITA         16410022 YHOGA PRATAMA            16410025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 2018    LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN BALI, 4 - 8APRIL 2018 Disusun dan diajukan oleh KELOMPOK 9 KELAS 4 A WINDA...

Contoh Laporan Kegiatan

     Dalam lingkup sekolah, kuliah, ataupun dunia kerja, apa lagi dalam sebuah instansi tentunya anda pasti akan menemui dan mengikuti berbagai macam acara kegiatan yang bersifat formal. Salah satunya adalah sebuah acara seminar. Dan tak jarang pula anda harus dibebani untuk membuat sebuah laporan kegiatan yang rinci dan benar. Hal tersebut tentunya tak akan mudah bagi anda yang sebelumnya belum pernah membuat sebuah laporan kegiatan, mungkin anda akan merasa bingung dari mana anda harus mulai menyusun laporan anda, sedangkan date line waktu terus saja mengejar anda hingga menuju batas asa anda. Untuk itu pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi kembali dengan anda mengenai bagaimana cara membuat laporan kegiatan beserta contoh yang akan saya berikan sewaktu saya mengikuti sebuah acara bertemakan "Bulan Bahasa".        Biasanya di dalam laporan kegiatan ada beberapa bab yang berisi judul, pembukaan dan penjelasan inti dari acara yan...

KELAHIRAN SASTRA INDONESIA

KELAHIRAN SASTRA INDONESIA Dalam dunia sastra, selama ini kita hanya mengetahui dan menikmati beberapa karya sastra dan satrawan-sastrawan yang popular dan sering kali kita dengar atau kita temukan pada pelajaran bahasa Indonesia di masa-masa berada di bangku sekolah dahulu. Contohnya saja nama-nama sastrawan popular seperti Chairil Anwar, WS. Rendra, Pramodya Ananta Thoer, Sapardi Djoko Damono, dll. Namun pernahkah terpikir di dalam benak kita sebuah pertanyaan mengenai kapan sebuah sastra terlahir? Lebih tepatnya lagi, kapankah kesusasastra Indonesia terlahir? Sebagai seseorang yang tertarik di bidang sastra ataupun sebagai seorang penikmat sastra atau bahkan sebagai seorang yang mendidikasihkan hidupnya di bidang sastra dan pendidikan bahasa dan sastra, hendaknya kita lebih bisa mengkritisi masalah-masalah kecil dan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang bisa saja timbul seperti ini dengan berpikir logis. Untuk itu mari kita cari tahu bagaiman dan kapan sastra Indonesia...