Langsung ke konten utama

MENULIS TEKS BAHAN AJAR SMA : PUISI


BAB VIII
MENDALAMI PUISI


Pada pelajaran di bab 8 ini, anda akan mempelajari salah satu genre karya sastra, yaitu puisi. Tentunya puisi bukanlah sesuatu yang asing lagi. Anda pasti pernah membaca atau bahkan menulis sebuah puisi.
Puisi merupakan suatu bentuk karya sastra yang digemari banyak orang karena bahasa yang disajikan indah dan memiliki sifat imajinatif. Dapat dikatakan pula bahwa puisi adalah sebuah karya sastra yang berisi ungkapan perasaan dan pikiran imajinatif penulisnya. Seorang penulis tentu memiliki pesan yang hendak disampaikan kepada pembacanya. Sebuah puisi yang dirangkai dengan kata-kata yang indah pasti memiliki makna dan pesan tersendiri untuk pembacanya. Hal itulah yang akan anda pelajari pada bab 8 ini.
Pada Bab ini, diharapkan kamu mampu mendalami puisi dangan cara memahami, menganalisis, menulis, dan mendemonstrasikan puisi. Dalam pelajaran kali ini, diharapkan pula anda mampu menumbuhkan rasa ingin tahu dan membangun kesadaran diri untuk bertanggung jawab dan menghargai. Sumber utama yang digunakan pada pelajaran ini yaitu buku antalogi puisi (buku kumpulan puisi). Pada pelajaran kali ini anda tidak hanya memahami isi dalam sebuah puisi, tetapi juga harus mampu menulis  dan mendemonstrasikan puisi dengan memerhatikan beberapa komponen penting seperti vokal, ekspresi, dan intonasi.

Adapun Kompetensi Dasar (KD) pada bab ini adalah
1.      Mengidentifikasi suasana, tema, dan makna beberapa puisi yang terkandung dalam antologi puisi yang diperdengarkan atau dibaca
2.      Mendemonstrasikan satu puisi dari antologi puisi atau kumpulan puisi dengan memerhatikan vokal, ekspresi, dan intonasi
3.      Menganalisis unsur pembangun puisi
4.       Menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya (tema, diksi, gaya bahasa, imaji, struktur perwajahan)

 


Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran di bab ini yaitu:
Siswa mampu mengapresiasi puisi dengan cara membaca, menganalisis, mendemonstrasikan, dan menulis puisi.




A.    Mengidentifikasi Suasana, Tema dan Makna dalam  Puisi
Anda pasti pernah mendengar sebuah pembacaan puisi, Anda juga pasti pernah membaca sebuah puisi. Bagaimana kesan Anda ketika membaca maupun mendengar pembacaan puisi? Tentu sebagai pendengar, Anda tidak hanya mendengarkan saja, namun Anda juga mengidentifikasi unsur pada puisi tersebut.
Makna pada puisi menjadi hal yang penting, seindah apa pun sebuah puisi dirangkai dengan kata-kata yang dibuat penulisnya, puisi tersebut akan menjadi tidak berarti jika tidak ada makna atau pesan yang disampaikan. Pada pembelajaran di bab ini, Anda akan memahami hal-hal penting berkaitan dengan pesan yang ingin daisampaikan oleh penyair, terutama berkaitan dengan suasana, tema, dan makna dalam puisi.

Menentukan Suasana dalam Puisi
Pernahkan Anda membaca sebuah puisi yang membuat perasaan Anda tersentuh, terenyuh dan menyimpan kesan mendalam? Misalnya saja sebuah puisi romantis yang membuat hatimu berbunga-bunga, sebuah puisi perjuangan yang membangkitkan rasa nasionalisme dalam jiwamu, atau sebuah puisi religi yang mengingatkanmu akan kuasa Tuhan.
Itulah yang disebut dengan suasana, yakni keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi. Dapat dikatakan pula bahwa sauna merupakan dampak psikologis yang ditimbulkan puisi terhadap pembacanya.

Menemukan Tema Puisi
Tema merupakan gagasan pokok yang dituangkan oleh penyair dalam bait-bait puisinya. Tema berasal dari berbagai masalah/peristiwa di sekitar kehidupan penyair. Tema adalah langkah dasar penyair dalam menyusun puisinya. Tema puisi menjadi inti dari makna atau pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Tema juga sangat menentukan  pilihan kata yang akan digunakan oleh penyair.

Menemukan Makna Puisi
Makna puisi adalah isi yang tersirat dalam puisi. Untuk dapat menemukan isi  yang tersirat dalam sebuah puisi, maka langkah yang perlu Anda lakukan adalah membaca puisi dengan saksama dan memahami simbol atau lambang dari puisi yang Anda baca

Hampa
(Dokumen pribadi)

Aku habis dimakan sepi
Ditelan bersama pahit
Dan dicerna menjadi hampa

Setiap kata yang ada dalam larik puisi tersebut, terutama pada larik pertama telah menyiratkan  suasana sepi. Lalu tema atau inti dari pusi tersebut telah tampak dari suasana puisi, yaitu kesepian. Makna yang hendak disampaikan penyair dalam puisi tersebut adalah keadaan jiwa penyair yang merasa bahwa dirinya telah larut dalam kesepian yang membuatnya selalu merasa sendirian.
Kegiatan 1
Carilah suasana, tema, dan makna yang tekandung dalam puisi di bawah ini!
Mawar Terakhir Darimu
(Dokumentasi Pribadi)

Ingat mawar terakhir yang kau berikan
Aku masih menyimpan durinya
Hanya itu yang tersisa
Selain kelopak dan daunnya
Yang telah membusuk dimakan usia
Kenanganmupun sama
Hanya menyisakan luka

B.     Mendemonstrasikan Puisi
Mendemonstrasikan atau mendeklamasikan puisi di atas panggung tentu sudah menjadi hal yang biasa kalian lihat. Seorang pembaca puisi yang bagus mampu menjiwai puisi yang dibacakan dengan baik. Hal ini akan membuat pendengar bisa merasakan suasana puisi dan mampu menangkap makna puisi tersebut.
Hal itu akan tercapai ketika pembaca puisi tidak hanya mengandalkan permainan vokal tetapi juga memperhatikan ekspresi, intonasi, dan gerakan tubuhnya saat membaca puisi. Pada bagian ini kamu akan belajar membacakan puisi dengan memperhatikan vokal, ekspresi, dan intonasi yang baik.

Membacakan Puisi
  1. Rima dan irama, artinya dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun terlalu lambat. Membaca puisi berbeda dengan membaca sebuah teks biasa karena puisi terikat oleh rima dan irama sehingga dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun juga terlalu lambat.
  2. Artikulasi atau kejelasan suara, artinya suara kita dalam membaca puisi harus jelas, misalnya saja dalam mengucapkan huruf-huruf vokal /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/.
  3. Ekspresi mimik wajah, artinya ekspresi wajah kita harus bisa disesuaikan dengan isi puisi. Ketika puisi yang kita bacakan adalah puisi sedih, maka ekspresi mimik wajah kitapun harus bisa menggambarkan isi puisi sedih tersebut.
  4. Mengatur pernapasan, artinya pernapasan harus diatur jangan tergesa-gesa. Sehingga tidak akan mengganggu ketika membaca puisi.
  5. Penampilan, artinya kepribadian atau sikap kita saat di panggung usahakan harus tenang, tak gelisah, tak gugup, berwibawa, dan meyakinkan (tidak demam panggung).

Beberapa  hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi selain hal-hal di atas meliputi:
1.       Vokal
Suara yang dihasilkan harus benar. Salah satu unsur dalam vokal adalah artikulasi (kejelasan pengucapan). Kejelasan artikulasi dalam mendemonstrasikan puisi sangat perlu. Bunyi vokal seperti /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /ai/, /au/, dan sebagainya harus jelas terdengar. Demikian pula dengan bunyi-bunyi konsonan.
  1. Ekspresi
    Ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan yang memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, dan perasaan. Ekspresi mimik atau perubahan raut muka harus ada, namun harus proporsional, sesuai dengan kebutuhan menampilkan gagasan puisi secara tepat.
  2. Intonasi (tekanan dinamik dan tekanan tempo)
    Intonasi adalah ketepatan penyajian dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan dinamik (tekanan pada kata-kata yang dianggap penting) dan teknanan tempo (cepat lambat pengucapan suku kata atau kata).
Berikut ini adalah teknik-teknik dalam membaca puisi:
  1. Membaca puisi dalam hati secara berulang-ulang.
  2. Memberikan ciri pada bagian-bagian tertentu, misalnya tanda jeda. Jeda pendek dengan tanda (/) dan jeda panjang dengan tanda (//). Penjedaan panjang diberikan pada frasa, sedang penjedaan panjang diberikan pada akhir klausa atau kalimat.
  3. Memahami suasana dan menghayati, tema, dan makna puisinya.
  4. Menghayati suasana, tema, dan makna puisi untuk meengekspresikan puisi yang kita baca.
Kegiatan 2
Bacalah puisi berikut ini dengan memerhatikan vocal, ekspresi, dan intonasi!
Hang Jagad Raya
(dokumentasi pribadi)

Terbuka mata mendahului surya
Menyuara rasa syukur meraja
Nafas terlontar
Atas nikmat Sang Hang Jagad Raya
Dari terebah hingga tersandar
Dari tersandar hingga terjongkok
Dari terjongkok hingga berdiri
Dari berdiri hingga berjalan
Mengambil beningnya mutiara
Hingga berakhir sujud dan tunduk kepada-Nya


Kegiatan 3
Buatlah kelompok dengan beranggotakan empat orang, kemudian carilah sebuah puisi dari antologi puisi untuk dimusikalisasikan!


C.    Menganalisis Unsur Pembangun Puisi

Dalam  materi sastra, selain ada unsur-unsur puisi, masih ada materi lain yang serupa tapi tak sama, yaitu unsur intrinsik-ekstrinsik cerpen  seperti yang telah Anda pelajari di Bab IV dan ada pula materi unsur drama. Masing-masing memiliki kesamaan dan perbedaan unsur yang membangunnya.
Unsur-unsur puisi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu fisik dan batin.



1. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi yang bersifat fisik atau nampak dalam bentuk susunan kata-katanya. Struktur fisik puisi terdiri dari beberapa macam, yaitu:

(1) Perwajahan puisi (tipografi), yaitu bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal-hal tersebut sangat menentukan pemaknaan terhadap puisi.

(2) Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. 

(3) Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair.

(4) Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan, dll.

(5) Bahasa figuratif, yaitu bahasa berkias yang dapat menghidupkan/meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif disebut juga majas. Adapaun macam-amcam majas antara lain metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks.

(6) Verifikasi, yaitu menyangkut rima, ritme, dan metrum.
  • Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup:
1.      Onomatope adalah kata tiruan bunyi, msl "kokok" merupakan tiruan bunyi ayam, "cicit" merupakan tiruan bunyi tikus.
2.      Bentuk intern pola bunyi yang terdiri dari aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya.
3.      Pengulangan kata/ungkapan.
  • Ritma (ritme; irama) adalah alunan yg terjadi krn perulangan dan pergantian kesatuan bunyi dl arus panjang pendek bunyi, keras lembut tekanan, dan tinggi rendah nada; ritme
  • Metrum adalah ukuran irama yg ditentukan oleh jumlah dan panjang tekanan suku kata dl setiap baris; pergantian naik turun suara secara teratur, dng pembagian suku kata yg ditentukan oleh golongan sintaksis

2. Struktur Batin Puisi
Struktur batin puisi adalah unsur pembangun puisi yang tidak tampak langsung dalam penulisan kata-katanya. Struktur batin puisi dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(1) Tema/makna (sense)
Tema adalah pokok pikiran; dasar cerita (yg dipercakapkan, dipakai sbg dasar mengarang, menggubah/mengarang sajak, dsb). Media puisi adalah bahasa. Maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

(2) Rasa (feeling)
Rasa yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(3) Nada (tone)
Nada yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll.


(4) Amanat/tujuan/maksud (itention)
Amanat adalah gagasan yg mendasari karya sastra; pesan yg ingin disampaikan pengarang kpd pembaca atau pendengar. Sadar ataupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

Kegiatan 3
Aanalisislah puisi berikut ini berdasarkan unsure-unsur pembangunnya!

Pinjamlah Gitarku
(dokumentasi pribadi)

Mari bertemu
Pinjamlah gitarku
Lalu,Prtik senar-senar itu dan mulai bernyanyi bersamaku
Akan ku tunjukkan suaraku yang tak merdu
Lalu kau tertawa mendengar nyanyianku
Lucu, seru, malu menjadi Satu
Lalu,
Bertemu menjadi sebuah candu

D.    Menulis Puisi   
            Pada bab ini, Anda harus mampu mendemonstrasikan penulisan puisi dengan memerhatikan unsur-unsur pembangunnya. Salah satu sumber inspirasi paling mudah untuk menulis puisi adalah pengalaman pribadi. Apabila penyair memiliki ide dan inspirasi menulis puisi dari pengalaman religiusnya, maka puisi karyanya akan menjadi puisi yang bertemakan religi atau ketuhanan. Sama halnya apabila penyair sedang jatuh cinta maupun patah hati maka akan tercipta sebuah puisi bertema romansa. Berikut ini adalah contoh puisi yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi penyairnya.

Kesempatan
(Dokumen pribadi)

Tuhan adalah Esa
Pilihan kita yang kebetulan saja berbeda
Dan berakhir pada punggung kita yang saling berhadapan
Namu saling menjauh
Bukan untuk saling bersandar

Aku tahu
Bahkan kita pun tahu
Tapi keadaan membuat kita tetap bungkam
Hingga kini
Waktu tak memberi kita kesempatan
Bahkan untuk sekedar berbalik dan saling menatap dari kejauhan

            Puisi tersebut mengungkapkan pengalaman pribadi penyairnya bertemakan romansa cinta yang tak dapat bersatu karena suatu sebab. Selain dari pengalaman pribadi, puisi juga dapat dibuat berdasarkan berdasarkan apa yang dibaca dan didengar.

Kegiatan 4
1.      Buatlah sebuah puisi dengan tema bebas berdasarkan pengalaman pribadi Anda dengan memerhatikan unsur-unsur pembangun sebuah puisi!
2.      Bacalah puisi karya Anda dengan memerhatikan vocal, ekspresi, dan intonasi yang benar!

Kegiatan 5
Latihan Soal
Bacalah puisi berikut ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disebiakan!

Hang Jagad Raya
(dokumentasi pribadi)

Terbuka mata mendahului surya
Menyuara rasa syukur meraja
Nafas terlontar
Atas nikmat Sang Hang Jagad Raya
Dari terebah hingga tersandar
Dari tersandar hingga terjongkok
Dari terjongkok hingga berdiri
Dari berdiri hingga berjalan
Mengambil beningnya mutiara
Hingga berakhir sujud dan tunduk kepada-Nya

3.      Bagaimana cara mengidentifikasi sebuah puisi?
4.      Sebutkan unsur-unsur apa saja yang membangun sebuah puisi!
5.      Identifikasilah suasana, tema dan makna pada puisi tersebut!
6.      Analisislah puisi tersebut menggunakan struktur fisik puisi!
7.      Analisislah puisi tersebut dengan menggunakan struktur batin puisi!
8.      Buat dan demonstrasikanlah sebuah puisi berdasarkan pengalaman pribadimu!
                        


Daftar Pustaka
Suherli,dkk.2016.Bahasa Indonesia untuk SMA/MA/SMK/MAK Kelas X. Edisi Rev. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Kegiatan Kuliah Kerja Lapangan

Bagi kalian yang butuh referensi bagaimana menyusun sebuah laporan kegiatan, ini adalah salah satu referensi kedua saya, setelah sebelumnya saya sempat mengunggah contoh laporan kegiatan. Laporan kegiatan yang saya unggah ini berkaitan dengan dilaksanakannya Kuliah Kerja Lapangan di Pulau Dewata Bali pada April, 2018. Semoga apa yang saya unggah dapat bermanfaat. LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN BALI, 4 - 8APRIL 2018 KELOMPOK 9 KELAS 4 A WINDA RAHMAWATI        16410012 SOFI LAILATU ROHMAH 16410017 SELMA EKA NOVITA         16410022 YHOGA PRATAMA            16410025 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PGRI SEMARANG 2018    LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN BALI, 4 - 8APRIL 2018 Disusun dan diajukan oleh KELOMPOK 9 KELAS 4 A WINDA...

Contoh Laporan Kegiatan

     Dalam lingkup sekolah, kuliah, ataupun dunia kerja, apa lagi dalam sebuah instansi tentunya anda pasti akan menemui dan mengikuti berbagai macam acara kegiatan yang bersifat formal. Salah satunya adalah sebuah acara seminar. Dan tak jarang pula anda harus dibebani untuk membuat sebuah laporan kegiatan yang rinci dan benar. Hal tersebut tentunya tak akan mudah bagi anda yang sebelumnya belum pernah membuat sebuah laporan kegiatan, mungkin anda akan merasa bingung dari mana anda harus mulai menyusun laporan anda, sedangkan date line waktu terus saja mengejar anda hingga menuju batas asa anda. Untuk itu pada kesempatan kali ini, saya akan berbagi kembali dengan anda mengenai bagaimana cara membuat laporan kegiatan beserta contoh yang akan saya berikan sewaktu saya mengikuti sebuah acara bertemakan "Bulan Bahasa".        Biasanya di dalam laporan kegiatan ada beberapa bab yang berisi judul, pembukaan dan penjelasan inti dari acara yan...

KELAHIRAN SASTRA INDONESIA

KELAHIRAN SASTRA INDONESIA Dalam dunia sastra, selama ini kita hanya mengetahui dan menikmati beberapa karya sastra dan satrawan-sastrawan yang popular dan sering kali kita dengar atau kita temukan pada pelajaran bahasa Indonesia di masa-masa berada di bangku sekolah dahulu. Contohnya saja nama-nama sastrawan popular seperti Chairil Anwar, WS. Rendra, Pramodya Ananta Thoer, Sapardi Djoko Damono, dll. Namun pernahkah terpikir di dalam benak kita sebuah pertanyaan mengenai kapan sebuah sastra terlahir? Lebih tepatnya lagi, kapankah kesusasastra Indonesia terlahir? Sebagai seseorang yang tertarik di bidang sastra ataupun sebagai seorang penikmat sastra atau bahkan sebagai seorang yang mendidikasihkan hidupnya di bidang sastra dan pendidikan bahasa dan sastra, hendaknya kita lebih bisa mengkritisi masalah-masalah kecil dan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang bisa saja timbul seperti ini dengan berpikir logis. Untuk itu mari kita cari tahu bagaiman dan kapan sastra Indonesia...