Waktu
terus berjalan, zaman terus berganti. Seiring dengan perjalan waktu tersebut,
kemajuan dan kecanggihan teknologi semakin berkembang pesat. Hampir seluruh
umat manusia di muka bumi ini tak bisa melepaskan diri dari peranan teknologi,
terlebih lagi dari media sosial. Di era digital ini, semua serba cepat dan
mudah. Salah satu media yang berperan serta dalam kemajuan teknologi adalah
radio. Dalam perananya sebagai teknologi informasi dan komunikasi, radio
memiliki andil yang cukup besar dalam sejarahnya. Namun apakah sampai saat ini
peran radio masih diperlukan? Dan adakah peran radio dalam bidang pendidikan di
Indonesia? Menanggapi pertanyaan tersebut, UPGRIS bersama RRI (Radio Republik
Indonesia) menyelenggarakan Kuliah Umum Kreasi Anak Negeri dengan tema: Peran
Media Radio dalam Pendidikan di Era Digital pada Rabu, 7 Maret 2018 dan
dipancarkan langsung dari Kampus 4 UPGRIS 95.3 FM Pro 2 RRI pada pukul 09.00-11.00
WIB.
Kuliah
umum yang diselenggarakan tersebut dihadiri dan diisi materi oleh Bapak M.
Rohanudin sebagai Direktur Utama LPP RRI atau dapat disebut pula Presiden RRI;
Dr. Listyaning Sumardiyani, M.Hum., sebagai Ketua LPP UPGRIS; dan Arri
Handayani, S.Psi., M.Psi., Psikolog UPGRIS. Selain itu, acara tersebut turut
dihadiri oleh ketua pusat pemberitaan,
Widi Kurniawan; kepala RRI Semarang Imade Arditra; Wakil Rektor II, Dra.Wiwi
Kusdaryani, M.Pd., dan Wakil Rektor IV, Drs. Nizaruddin, M.Si., serta
mahasisa-mashasiswa UPGRIS.
Dalam perkuliahan tersebut
dijelaskan bahwa ketika kita berbicara tentang pendidikan dan masa kini, maka
itu artinya kita telah membicarakan tentang pendidikan di era digital. Ibu
Listyaning mengungkapkan bahwa mahasiswa calon pendidik perlu dibekali dan
difasilitasi sesuai kebutuhan dan perkembangan yang ada agar kedepannya mampu
menyiapkan generasi bangsa yang potensial di masa yang sudah begitu cepat
perubahannya. Untuk itu, radio merupakan salah satu media yang memiliki peran
dalam menyiapkan calon pendidik yang berkualitas mengingat peranannya yang
dapat menjangkau wilayah yang luas, serta waktu dan ruang yang tak terbatas.
Peran radio dianggap menjanjikan dalam menunjang pendidikan di Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan adanya program bagi alumni yang berperan di wilayah 3T
yang sulit jangkauan sinyalnya, selain itu ada pula program PPG yang
difasilitasi dengan pembekalan non tatap muka, sayangnya hal tersebut kembali
lagi terkendala oleh jarak dan sinyal internet. Berdasarkan kendala yang
dialami dari kedua program tersebut, diharapkan radio dapat menjadi solusi
dalam pemecahan masalah yang efektif. Meskipun menjanjikan, namun menurut
beliau peran radio sekarang ini kurang “seksi” bagi generasi muda.
Bapak
M. Rohanudin, Direktur Utama LPP RRI
Menanggapi hal tersebut, Presiden
RRI, M. Rohanudin menjelaskan bahwa RRI telah membuat revolusi digitalisasi
dalam bidang penyiaran dengan diciptakannya inovasi siaran radio yang
divisualkan, sehingga radio tidak hanya bisa didengarkan saja namun juga dapat
ditonton. Inovasi tersebut berupa televisi digital atau video visual yang
bernama RRI Net dan terdapat di dalam
aplikasi RRI Play. Di era
digitalisasi ini segalanya serba mudah dan instan, tidak ada yang bisa bertahan
jika tidak mengikuti perkembangan zaman. Contohnya saja sebuah brand ternama
seperti nokia yang kini telah tenggelam karena tidak melakukan apapun, berbeda
dengan layanan jasa ojek online atau belanja online yang notabennya juga tidak
melakukan apapun, namun mereka memiliki sistem dan data. Inti dari semua ini
adalah kita harus mengikuti perkembangan dan kebutuhan yang ada seiring
perkembangan zaman. Apabila hal tersebut dikaitkan dengan strategi belajar
mengajar di dalam kelas, tentunya jawabannya akan sama, yaitu dengan mengikuti
perkembangan zaman yang ada. Peserta didik di era ini adalah peserta didik yang
merupakan generasi Z dimana mereka hidup di zaman yang serba mudah dan cepat,
oleh sebab itu pendidik juga dituntut mengikuti perkembangan teknologi di era
digital ini. Pemanfaatan teknologi dalam media pembelajaran pun perlu dilakukan
seperti penggunaan internet, audio, dan penayangan video. Tentunya siswa akan
lebih tertarik dengan materi-materi yang disuguhkan atau dikemas secara modern
atau sesui dengan zaman mereka.
Selain itu, presiden RRI juga
menyebutkan bahwa era digitalisasi membawa 2 hal dalam kehidupan. (1) Apa saja
yang dikerjakan dan dibutuhkan serba mudah, semua serba instan. Karena
kemudahannya tersebut timbulah kebaikan bagi dunia. (2) Karena kehebatannya
pula, teknologi memberikan informasi yang baik dan buruk. Berkaitan dengan hal
tersebut, media mainstream seperti surat kabar dan radio dijadikan dan
dipercayai sebagai sebuah alat untuk membangun kepercayaan public atas
informasi yang disampaikan. Mengapa demikian? Karena segala yang diekspos di
dalamnya serba cek and recek atau telah dipastikan kebenarannya.
Seperti halnya di Negara Jepang yang bisa kita jadikan panutan, di sana jika
ada satu peristiwa penting dengan tempat yang jauh dan sulit dijangkau, maka
satelit mereka akan turun untuk mengambil bukti dengan merekam dan memotret
peristiwa yang terjadi. Tentunya apabila hal tersebut diterapkan di negara kita
maka bukan tidak mungkin bahwa negara kita akan menjadi negar yang semaju
Jepang. Dan apabila dikaitkan dengan strategi belajar mengajar di kelas
tentunya kita sebagai pendidik akan menjadi sumber ilmu yang tepat bagi pesera
didik kita. Tentunya dalam kaitannya dengan hal tersebut, kita harus menjadi
pendidik yang berwawasan luas, yang mampu menjawab segala macam pertanyaan
peserta didik berdasarkan fakta-fakta yang ada.
Dalam
kuliah umum tersebut, RRI juga memperkenalkan 4 program inovasi mereka yang
meliputi program Pro 1 yang menyuguhkan berita-berita daerah, Pro 2 yang merupakan
pusat kreativitas anak muda, Pro 3 yang menyuguhkan berita-berita nusantara dan
Pro 4 yang memberi informasi budaya. Dengan banyaknya pilihan yang disediakan
membuat para pengguna dan penikmat radio tak mudah jenuh atau bosan. Dalam
kaitannya dengan strategi belajar mengajar, sebagai pendidik tentunya perlu
menyiapkan berbagai inovasi mengajar bagi peserta didiknya agar peserta didik
tidak mudah bosan diantaranya adalah dengan membangun apersepsi siswa pada
tahap pra pembelajaran di dalam kelas, memberi sedikit intermezo di sela-sela
penyampaian materi, mengulas budaya, topik-topik dan perkembangn teknologi
terkini, dan lain sebaginya kemudian mengaitkan hal-hal tersebut dengan
materi pembelajaran.
Di
akhir acara, terdapat sebuah sesi tanya jawab dimana salah satunya ada sebuah
pertanyaan mengenai apa yang membedakan RRI dengan radio lainnya. Menjawab
pertanyaan tersebut, presiden RRI mengumpamakan dengan beberapa produk seperti
2 jenis produk kacang dengn merk yang berbeda dan 2 jenis produk sabun mandi
dengan merk yang berbeda pula. Dari kedua contoh tersebut yang dapat
disimpulkan adalah sasaran pasar atau konsumennya. Sebut saja kacang A yang
target konsumennya adalah anak muda, sedangkan kacang B target konsumennya
adalah orang dewasa. Beitupun dengan sabun A yang disebut sabun keluarga,
sehingga target konsumennya adalah ibu-ibu sedangkan sabun B yang disebut sabun
kecantikan yang target konsumennya adalah wanita muda. Sebuah produk tentunya
akan memiliki target pasar, siapa yang akan mengonsumsi produk mereka. Apakah
sasarannya adalah orang tua, anak muda, ibu-ibu atau wanita muda. Begitupun
dalam strategi belajar mengajar, tentunya target dari pendidik adalah peserta
didiknya. Pendidik adalah produsen, produknya adalah ilmu pengetahuan, dan
peserta didik adalah konsumen. Lantas apa kaitannya? Begini, dalam upaya mendidik
siswa tentunya kita harus memiliki strategi yang sama, yaitu dengan
menyesuaikan konsumen kita. Artinya adalah kita harus menyesuaikan diri dengan
keadaan peserta didik, kembali lagi seperti yang telah dibahas di awal bahwa
hal tersebut tak luput dari pengaruh digitalisasi di era ini. Semisal saja kita
adalah guru PAUT, maka kita pun menyesuikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan anak-anak
PAUT dan sikap-sikap mereka. Apabila kita Guru SD, itu artnya kita harus
mengikuti perkembangan yang terjadi di kalangan anak SD, apabila kita mengajar
anak SMP dan SMA yang notabennya adalah pra remaja dan remaja, maka kita pun
harus mengikuti kebutuhan dan perkembangan di zamannya. Kemudian apa yang kita
sampaikan dapat kita sesuaikan sesuai porsinya masing-masing.
Di
akhir acara, Presiden RRI menutup dengan sebuah simpulan, yaitu apa yang kita laukan harus diladndasi dan
didasari oleh hati. Kiranya sekian yang
dapat saya sampaikan dari kegiatan tersebut, terima kasih.
Semarang,
8 Maret 2018
-Winda
Rahmawati-
Komentar
Posting Komentar